RESPEK DALAM KELUARGA & MENDIDIK ANAK MILENIA

seminar by Pst.Davy & Hanna

Ikatan yang mengeratkan Keluarga kita bukanlah atas dasar hubungan Darah, tetapi oleh PENGHARGAAN (RESPEK) dan SUKACITA dalam kehidupan setiap anggota keluarga di dalamnya.

Hal yang anak-anak berharap orang tuanya tahu :
  1. Saya ingin diyakinkan bahwa engkau mencintai saya. Apakah untukmu saya lebih penting dari orang lain atau benda-benda?
  2. Engkau adalah fondasi hidup saya. Saya ingin membuatmu senang dan membuatmu bangga. Tolong sampaikan komentarmu. Saya merasa bahagia bila tahu engkau menyukai apa yang saya kerjakan.
  3. Saya senang sekali ketika engkau menyediakan waktu untuk bersama. Ketika engkau menyediakan waktu walau hanya beberapa menit khusus untuk saya, saya merasa spesial.
  4. Saya ingin engkau mendengarkan saya. Sekolah, pertemanan, pr, guru dapat membuat saya sangat stress. Saat saya kembali dari sekolah tolonglah jangan menghakimi saya. Saya butuh engkau bersimpati dan memberi saya support dengan menanyakan, "apa yang bisa saya bantu untuk membuatmu merasa lebih baik?"
  5. Saat engkau meneriaki saya, dunia saya runtuh. Saya ketakutan. Pikiran saya hanya mengatakan, "saya ingin semuanya stop". Saya tidak bisa belajar apapun, saya sungguh takut.
  6. Saya memperhatikan bagaimana mama papa memperlakukan satu sama lain. Saat kalian berdua berargumen, saya khawatir kalian akan bercerai. Saat kalian mengatasi konflik dengan berbaikan, saya belajar bahwa konflik bisa diatasi tanpa permusuhan atau dendam.
  7. Janganlah membuat saya bingung. Apakah saya harta berharga atau beban untukmu? Kadang engkau mengatakan mencintai saya, tetapi terkadang engkau mengatakan saya membuat hidupmu susah.
  8. Bersabarlah terhadap saya. Saya tidak sempurna. Saya dilahirkan ke dunia ini dengan kekhasan dan karakter saya. Saya butuh belajar, bertumbuh dan mengatasi kecendrungan negatif saya. Tolonglah lihat juga sisi positif saya. Perlihatkan kepada saya dengan cara yang penuh kasih, bagaimana yang seharusnya. Tolong bersabarlah. Tidak mudah untuk berubah. Saya perlu waktu dan mengubahnya satu demi satu. Saya tidak bisa mengubah diri saya sekaligus. Bila saya sedang memberontak, cobalah menyelidiki, mungkin ada sesuatu yang mengganggu saya.
  9. Tolong jangan membuat saya 'down' atau menjuliki saya dengan sebutan yang negatif. Bila engkau menyampaikan itu, saya percaya bahwa itu memang kenyataannya. Saya mungkin akan tumbuh menjadi pribadi seperti itu.
  10. Buat saya merasa aman ketika tidak sengaja melakukan kesalahan. Tolong jangan menjadi kecewa atau marah ketika saya menumpahkan atau merusakkan sesuatu karena tidak sengaja. Teledor itu bukanlah dosa. Saya ingin tumbuh menjadi pribadi yang tidak takut mencoba lagi ketika gagal. Kita semua pernah berbuat salah, dari kesalahanlah kita belajar.
  11. Saya butuh konsistensi dalam dunia saya. Saat engkau menerapkan aturan yang jelas dan sama, saya merasa aman dan jelas kemana harus melangkah. Saya merasa lebih aman karena tahu ada seorang dewasa yang memelihara saya.
  12. Engkau hanya bisa menuntut sesuatu yang engkau juga sudah lakukan. Saya tidak belajar dari ceramah dan hukuman mungkin hanya membuat saya dendam. Tapi saya senantiasa mengamatimu dan menyerap darimu. Jadi tolonglah untuk menunjukkan kasih dan kebaikan, saya ingin menjadi sepertimu. Maka ketika saya melakukan yang salah, engkau dapat memberitahu dan menjelaskan bagaimana cara yang seharusnya.
Anak-anak yang memiliki Self Value Rendah :
  • Negatif dan terlalu kritis terhadap diri sendiri
  • Sering melamun
  • Kecewa pada diri sendiri
  • Iri pada anak lain
  • Mudah frustasi
  • Mudah menyerah
  • Tidak berani mencoba hal baru
  • Tidak berani berkata 'Tidak'
Tentukan dan Sepakati Nilai-Nilai apa yang akan diutamakan dalam Keluarga:
  • Ajak anak-anak membuat 'House Rule'
  • Diskusikan
  • Konsisten dalam menerapkan sanksi dan pujian/reward
Family Rules:
  1. Obey right away, All the way, with a Happy Heart
  2. Be Kind
  3. Be Respective
  4. Share with everyone
  5. Tell the love
Jennifer Kolari , CALM METHOD.
C * Connect = lakukan koneksi, hentikan semua kegiatan, fokus hanya padanya
A * Affect     = Rasakan apa yang sedang ia rasakan
L * Listen     = Simak apa yang ia sampaikan,& Ulangi pemahaman kita
M * Mirroring=Duduk bersamanya, biarkan ia mengungkapkan semua perasaan, pemikiran atau uneg-unegnya.

Koneksi terbentuk melalui :

  1. Eye contact = tatap mata
  2. Touch = sentuhan
  3. Presence = hadir, ikut merasakan situasi yang dialami, bercakap-cakap
  4. Playful situation = Situasi menyenangkan seperti bermain, bernyanyi, musik, bercerita.

Mengajarkan Respek pada Anak :
To be a Positive Role Model 'Mulailah dari Diri Sendiri', baru ke anak :

  1. To Connect; connect=fokus, affect=rasakan, listening=simak, mirroring=pantulkan
  2. To Coach: seft respect, kepedulian, menghargai privasi, sikap sportif
  3. To Correct: aturan yang jelas, konsisten

3 Hal yang tidak terpisahkan untuk membangun RESPEK :

  • Hormat.  Compassionate(memperlihatkan kepedulian) x Fearful(merasa takut)
  • Peduli. Caring(konsisten peduli) x Volatile relationships(hub.yang tidak stabil)
  • Kepercayaan. Truthful(tulus,kesungguhan) x Callous(kurang peka)

Nilai Diri Positif (+) dan Nilai Diri Negatif /Rendah (-):
(+) Punya keyakinan yang jelas dan iman yang kuat
(-) Banyak mengkritik diri sendiri
(-) Merasa tidak mampu
(+) Objektif saat mengambil keputusan
(-) Bimbang saat mengambil keputusan
(+) Punya kemauan untuk berhasil
(-) Mudah putus asa, pesimis
(+) Terbuka terhadap perubahan
(-) Kaku terhadap perubahan
(+) Terbuka pada pendapat yang berbeda
(-) Defensif
(+) Menghargai relasi yang sehat
(-) Sulit memelihara relasi
(-) Terlalu sensitif, "baper"
(+) Memelihara diri dengan baik
(-) Terobsesi untuk mendapat pengakuan dari orang lain
(+) Mampu berkomunikasi dengan efektif
(-) Cemas dan dendam berlebihan

by.Psi.Harjanto Halim:
Mendidik Siswa Milenial
  • Usia 0-3 th.anak belajar ttg; rasa percaya vs rasa curiga. Yang berperan adalah Ibu. Menghasilkan rasa Optimis.
  • Usia 3-5 th.anak belajar ttg: rasa Mandiri vs Ragu-Ragu. Yang berperan adalah Ayah & Ibu. Menghasilkan Kontrol diri & Motivasi.
  • Usia 5-7th.anak belajar ttg: Inisiatif vs rasa bersalah. Yang berperan adalah Ayah, Ibu, Saudara. Menghasilkan Perilaku yang Mudah Diarahkan.
  • Usia 7-12 th. anak belajar ttg: motivasi kuat vs rendah diri. Yang berperan adalah Ayah, Ibu, Guru, Teman. Menghasilkan Perilaku yang Pandai mengelola Konflik.
  • Usia 13-19 th.anak belajar ttg: identitas diri vs kabur. Yang berperan adalah Orang Dewasa dan Sahabat. Menghasilkan perilaku Setia, rasa Sosial tinggi, Stabil, Tidak mudah Terpengaruh.
  • Usia 20-30 th.anak belajar ttg: Keakraban vs Isolasi. Yang berperan adalah Pasangan Hidup. Menghasilkan perilaku Cinta Keluarga.
Bukan menganggap peran Guru sama sekali tidak ada. Tapi fungsi orangtua, terutama Ayah , tak tergantikan, bahkan oleh seribu guru sekalipun. Orangtua harus mau berkorban, mengasuh dan menjaga sepenuhnya hingga anak umur 12 tahun, hingga SD.
Karena setelah itu peran teman dan guru mulai membesar.

Jadi kalau ada anak SMP atau SMA nakal atau berulah, jangan cuman panggil orangtuanya, percuma. Harus panggil temannya, sahabatnya, ajak mereka bicara untuk membantu.
Kalau Mahasiswa saya ada yang bermasalah, malas kuliah misalnya. Saya tidak mungkin panggil orangtuanya, harus panggil juga Pacarnya.

Lingkungan yang berperan dalam pertumbuhan Mental seorang anak berubah dari waktu ke waktu, sesuai tahapan usia. Awalnya orangtua, lalu keluarga, lalu guru, teman, dan terakhir pasangan hidup.

Hampir semua anak selalu ngefans sama papanya. Mereka akan sangat kecewa saat papanya gagal memenuhi 3 Kriteria Utama seorang Ayah :
  1. Mencari Nafkah.
  2. Mendidik Karakter.
  3. Mencintai Istrinya.
Dan yang terpenting dilakukan bukan "Quality time", tapi "Quantity". Bukan kualitas tapi kuantitas. Maksudnya?
Lha tidak mungkin tiap kali punya qualitty time. Masa kita mau bilang gini sama anak. " ayo cepet-cepet, kamu mau ngomong apa sama mama, surhat apa?Ayo cepet, ini mama sejam lagi ada seminar. Cepet-cepet, kita quality time.
Hahaha, kami ngakak. Qualitytime tidak bisa dipaksa, disusu-susu. Harus terjadi secara spontan, misterius, dan itu butuh waktu.

Kuantitas:
Sama suami atau istri juga begitu. Masa mau bilang "Ayo Ma, kita quality time, yuk .ngomong apa ya, enaknya?" hahaha, kalau di skenario atau dipaksakan, malah garing, mati gaya.

Bubar:
Saat kita bisa ngomong guyon, cerita hal-hal yang lucu, tidak mutu, tidak berkualitas, terus kita bisa tertawa bareng, ngakak bareng. Itulah quality time, itulah kualitas.

Benar:
Saat omongan kita , diri kita tampil tidak mutu, quality time tercipta. Karena saat tidak mutu itulah kita tampil sebagai pribadi yang seutuhnya, tulus, ikhlas, apa adanya, tanpa tedeng aling-aling.
Itulah kulitas terbaik kita sebagai manusia.

Saya tersenyum. Saya jadi kangen mendengar istriyang hampir tiap bangun pagi selalu bercerita tentang mimpinya yang tidak mutu.